Mendamaikan ISLAM dan Sekulerisme

           
          Sekulerisme dalam bidang politik adalah suatu paham yang memisahkan antara agama dan negara, antara syariat dan kehidupan masyarakat. Mereka hendak mengucilkan agama di masjid-masjid dan di surau-surau saja. Bagi mereka agama hanyalah seperangkat hukum-hukum yang mengatur hubungan seorang hamba dengan khaliknya semata.

Islam dan Sekulerisme di Turki masih terus berproses. Di bawah Erdogan dengan Partai AKP, Turki semakin maju, makmur dan sejahtera. Erdogan membuktikan Islam memberikan 'solusi’.

Turki awal Juni lalu tiba-tiba dilanda demonstrasi besar. Puluhan ribu massa memenuhi lapangan Taksim square di Istanbul dalam suatu aksi menentang pemerintahan PM Recep Toyyib Erdogan : ”Pemerintah mundur, bersatu melawan fasis”, begitu di teriakkan demonstran (1/6) seperti dilaporkan BBC.

Ketegangan terjadi ketika polisi mulai menembakkan gas air mata ke arah demonstran. Gas tersebut ditembakkan lagi ketika ratusan demonstran berusaha untuk menyeberangi jembatan Bosphorus, yang menghubungkan pantai-pantai di benua Asia dan Eropa, di Istanbul pada Sabtu (1/6) pagi untuk bisa memasuki alun-alun kota itu.

Salah satu warga Istanbul yang mengaku bernama Lily mengatakan kepada BBC's World Service, "Ada 40.000 orang menyeberangi jembatan ini. Semua transportasi publik lumpuh."

Menurutnya, polisi menjatuhkan gas air mata dari helikopter sepanjang malam. "Sekitar pukul setengah dua seluruh kota mulai bergema. Orang-orang memukuli pot, panci dan meniup peluit," kata dia.

Polisi berusaha membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata, yang kemudian dibalas dengan lemparan batu oleh para demonstran. Selain itu, polisi  menembakkan meriam air dan gas air mata di Taksim Square.  Sementara di Ankara, para demonstran berusaha berjalan ke arah parlemen.  Diberitakan 900 demonstran ditahan dan 60 orang terluka akibat bentrokan massa dengan polisi.

Protes tersebut bermula dari aksi demonstran menentang pembangunan pusat perbelanjaan di lokasi taman bernama Gezi Park. Taman Gezi  adalah sebuah ruang terbuka hijau yang sangat jarang dijumpai di kota sibuk macam Istanbul.

Di Ankara, demonstrasi meluas dan para demonstran menggelar apa yang mereka sebut sebagai aksi solidaritas, dengan banyak partisipannya berteriak: "Dimana-mana ada penolakan, dimana-mana adalah Taksim!"

Mereka juga meneriakkan slogan anti-pemerintahan dan berusaha untuk mendatangi gedung parlemen. Sebagian demonstran (barangkali kebanyakan kelompok pro sekuler) khawatir Turki akan kembali menjadi negara Islam karena baru-baru ini pemerintah Turki mengeluarkan Undang-undang yang membatasi penjualan minuman beralkohol.

Parlemen Turki pada 24 Mei lalu memang meloloskan undang-undang kontroversial yang membatasi penjualan dan iklan minuman beralkohol. Undang-undang itu membatasi perusahaan minuman beralkohol menjadi sponsor acara dan tempat-tempat penjualan. Penjualan minuman beralkohol antara jam 22:00 sampai jam 06:00 pagi juga dilarang.

Partai yang memerintah AKP -yang memiliki dasar Islam- mengatakan undang-undang itu akan melindungi penduduk Turki, khususnya anak-anak muda dari pengaruh buruk alkohol. Sementara di pihak oposisi  mengatakan langkah itu adalah upaya pemerintah menerapkan agenda Islam terhadap Turki yang selama ini dikenal sebagai negara sekuler dengan penduduk mayoritas Muslim.

Film seri televisi, film dan juga video musik tidak diizinkan menayangkan gambar minuman beralkohol. Mereka yang ketahuan mabuk sambil mengendarai mobil juga akan dikenakan sanksi berat. Pengemudi yang memiliki ambang batas alkohol 0,05% pada kandungan darah saat diperiksa akan didenda sekitar 300 euro, dan SIM disita selama enam bulan. Pengemudi mabuk dengan kandungan alkohol lebih dari 0,1% menghadapi penjara maksimal dua tahun.

Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan yang telah berkuasa selama lebih dari satu dekade, sering dituduh ingin menjadikan Turki lebih Islami dengan menggeser sekulerisme yang selama ini menjadi ideologi melandasi kehidupan kenegaraaan.

Pergulatan Islam versus Sekulerisme

Pertarungan nilai-nilai Islam dan sekulerisme di Turki agaknya masih terus berlangsung hingga kini. Sejak naiknya Recep Toyyib Erdogan dalam panggung pemerintahan Turki, nilai-nilai Islam yang selama ini dibungkam mulai memancar di tengah masyarakat dan kehidupan resmi kenegaraan, sedikit demi sedikit menggusur sekulerisme.

Meski begitu, sekulerisme yang terlanjur kokoh tertanam dalam masyarakat Turki selama hampir 90 tahun, tak mudah disingkirkan begitu saja. Sekulerisme telah meracuni sebagian besar rakyat dengan militer sebagai penjaganya, berupaya bertahan dari tren Islam yang digencarkan pemerintah. Karenanya, membutuhkan waktu dan proses panjang untuk bisa mengembalikan kejayaan Islam semasa khilafah Turki Utsmani dulu.

Adalah penguasa Turki Mustafa Kemal Attaturk yang menancapkan sekulerisme di Turki dengan menghancurkan khilafah Turki Utsmani pada 3 Maret 1924. Mustafa yang seorang Freemason berhasil menyingkirkan Khalifah Abdul Hamid II,  melucuti kekuasaannya dari pemerintahan dan keagamaan dan tinggal menjadi simbol belaka.  Pada 3 Maret 1924, badan legislatif Turki  mengangkat Mustafa Kamal sebagai  presiden  dan membubarkan khilafah Islamiyah.

Mustafa kemudian dengan brutal  menghancurkan perdaban Islam. Sebagai Presiden Republik Turki yang sekuler, ia bertindak diktator dalam menjalankan pemerintahan. Ia menetapkan ideologi Negara menganut paham sekularisme. Atas dasar ideologi Negara ini, dia mengumumkan langkah-langkah kebijaksanaan untuk mencapai cita-citanya demi kepentingan Negara Turki Sekuler.

Di antaranya ia mengambil langkah; menghapus syariah Islam dan tidak ada lagi jabatan kekhalifahan, mengganti hukum-hukum Islam dengan hukum-hukum Italia,  dan Swiss, menutup beberapa masjid dan madrasah, mengganti agama Negara dengan sekularisme, mengubah azan ke dalam bahasa Turki, melarang pendidikan agama di sekolah umum, melarang kerudung bagi kaum  wanita dan pendidikan terpisah, mengganti naskah-naskah bahasa Arab dengan bahasa Roma, pengenalan pada kode hukum Barat, pakaian, kalender, serta Alfabet, mengganti seluruh huruf Arab dengan huruf Latin, dan yang sadis, ia menggantung  tiga puluh ulama.  Akibat ulah Mustafa secara pemaksaan ini, akhirnya menjadikan Turki sebagai Republik Sekuler yang sangat anti terhadap  dakwah Islam.

Selama beberapa dekade di Turki, Perjuangan dan pertarungan  antara kekuatan Islam dan sekuleris  berlangsung sangat keras. Sampai perlahan-lahan Erdogan memenangkan pertarungan melawan kaum sekuleris, yang diwakili oleh militer. Perjuangan pertarungan antara kalangan Islamis melawan sekuleris, yang berlangsung selama beberapa dekade itu, baru mencapai puncaknya, ketika Erdogan dengan Partai AKP, membangun kekuatan entitas politik di Turki. Erdogan seperti membangun kembali puing-puing reruntuhan Khilafah Otsmaniyah, dan mulai menampakkan wujudnya.

Turki di bawah Erdogan, seorang Muslim yang taat, kini berubah total. Sekulerisme mulai digerus, dan nilai-nilai Islam mulai nampak temaram. Turki benar-benar berubah. Bukan hanya kota-kota di Turki yang sangat bersih dan teratur. Tetapi, rakyat Turki jauh lebih makmur, dibandingkan ketika masih hidup dibawah kaum sekuleris.

Ekonomi Turki terbesar keempat di Eropa, tak terpengaruh oleh krisis di zona Eropa. Ekonominya tumbuh 5 persen, dan angka inflasi kurang dari dua digit. Perdagangan dengan negara-negara Eropa, Asia, dan Timur Tengah, terus mengalami surplus. Rakyat puas terhadap kinerja PM Erdogan dan AKP, karena itu mereka memenangi pemilu tiga kali berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi selama 10 tahun terakhir mencapai rata-rata 8 persen setahun, naik empat kali dari sebelumnya. Pendapatan per kapita naik dari 3.500 dolar pada 2002 menjadi 10.400 dolar pada 2011. Diperkirakan dalam beberapa tahun kedepan pendapatan per kapita bisa mencapai angka  25.000 dolar dan Turki bisa menjadi salah satu dari 10 besar kekuatan ekonomi dunia.

Sekolah, perguruan tinggi, rumah makan bagi rakyat, transportasi, dan perumahan, semuanya disubsidi oleh pemerintah.    Semua kebutuhan pokok rakyat tercukupi, tak ada yang kesulitan. Rakyat benar-benar makmur, dan aman di Turki, sekalipun sekarang masih sering terjadi pemboman oleh kelompok separatis Kurdi. Tetapi, Erdogan perlahan mencari solusi.

Di bawah Erdogan dan Partai AKP (Paratai Keadilan dan Pembangunan), segalanya telah berubah. Kebebasan keagamaan diberikan seluas-luasnya oleh pemerintah. Turki yang sangat modern dan maju  ekonomi, dan kehidupan rakyatnya sudah menyamai negara-negara di zona Eropa, kini menjadi salah satu  negara yang mengenakan pajak tertinggi di dunia terhadap alkohol dan rokok. Jadi tidak sembarangan orang bisa minum dan merokok di Turki. Orang yang minum dan merokok, harus benar-benar orang kantongnya tebal. Inilah cara melarang pemerintah Turki terhadap alkohol dan rokok. Terkait dengan alkohol dan minuman keras, Turki kini bahkan mengeluarkan Undang-undang yang membatasi dan bahkan melarang peredaran minuman keras yang memunculkan demonstrasi dari kelompok sekuler.

Memang sekulerisme dan kelompok kontra Islam  terus bergulir.  Kekuatan sekulerisme masih ada, meski sudah kehilangan kekuasaannya, tetapi masih memiliki pijakan dalam konstitusi. Sekulerisme masih memiliki akar sejarah, yang diletakkan oleh Kemal Attaturk, dan menampakkan kegagalannya di  Turki, serta mulai redup, bersamaan dengan tumbuhnya kekuatan Islam  yang perlahan-lahan  menggantikan sistem yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.  Erdogan mau membuktikan bahwa Islam mampu memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan rakyat Turki yang tidak bisa diberikan oleh sukulerisme.

Pergulatan antara Sekulerisme Dengan Islam mestinya tidak pernah terjadi, jika masing-masing dalam Kontek Kenegaraan, memunyai Tujuan yang sama, yaitu untuk memakmurkan Bangsanya.


0 Response to "Mendamaikan ISLAM dan Sekulerisme"

Post a Comment

Tinggalkan Pesan Gan, Supaya saya bisa kunjung balik Pesan anda begitu berarti bagi kemajuan blog ini,

wdcfawqafwef