DEFINISI FILSAFAT






BAB I

DEFINISI FILSAFAT
(di rangkum dari buku “Cara Mudah Belajar Filsafat, Barat dan Islam”
Karya DR. Fuad Farid Ismail dan Dr. Abdul Hamid Mutawalli)
RESUME
Dirangkum Untuk Memenuhi Tugas Individu
Program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah, PAI / VI-H
Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU
Dosen : Drs. HR MAHRUR AM, M.Ag
  









Dirangkum Oleh :

Masruchan Sahab      [ 2124895 ]



SEKOLAH  TINGGI  AGAMA  ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN
(STAINU) KEBUMEN
Jln. Tentara Pelajar 55 B Kebumen
2013
















BAB I
DEFINISI FILSAFAT
A.    PENGERTIAN FILSAFAT
Sebelum melakukan pengkajian tentang filsafat, kita perlu membatasi dulu apa pengertian filsafat itu. Dengan demikian kita akan memahami karakteristik dasarnya, serta mengerti tema-tema filosofis  yang nantinya akan di temui.
Istilah filsafat tidak bisa di pahami secara utuh sebelum kita mengetahui ruang lingkup kajian dan persoalan-persoalan yang ditangani, di samping itu, para filsuf sendiri mempunyai pandangan yang berbeda mengenai arti, objek, metode, tujuan dan nilai filsafat.
Beberapa definisi filsafat sebagai berikut:
1.         Filsafat dalam arti Cinta Kebijakan (Hikmah)
Ini adalah arti derivatif dari kata Filsafat. Konon Phytagoras, seorang filsuf yunani Klasik, mengambil kata “filsafat” dari dua kata berbahasa Yunani, yaitu Philo dan Shopia. Philo berarti cinta, sedangkan Shopia berarti bijaksana. Jadi, kata Philoshopia berarti cinta Kebijaksanaan.
Orang-orang Yunani sebelum Phitagoras  mengartikan kata Shopia sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan  dan pelayaran. Kemudian maknanya berkembang dan digunakan sebagai istilah kecakapan di bidang Syair dan Musik.
Karena Kebijaksanaan (shopia), atau pengetahuan terhadap  kebenaran murni itu merupakan suatu pencapaian yang sulit dilakukan, dimana hanya Allah saja yang mampu melakukannya, maka menurut Phytagoras yang pantas bagi manusia adalah sekedar sebagai “pecinta kebijaksanaan”. Dia menegaskan “ cukuplah seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya.”
Kata Filsafat kemudian masuk ke dalam bahasa Arab menjadi “Falsafah”, dan masuk  ke dalam bahasa Inggris menjadi “Philosophy”.  Sepanjang sejarahnya , filsafat menjadi saksi dari kerendahan hati para Filsuf yang tidak mengKlaim dari mereka sebagai orang yang mampu  mengetahui segala-galanya, melainkan sekedar sebagai para pencari dan pencinta Kebijaksanaan (Hikmah).
Filsafat berkaitan erat dengan pengamatan dan pemikiran rasional. Dengan demikian, seorang Filsuf- dalam Istilah Plato---adalah :”Orang yang sadar (terjaga) dan membuka pandangannya terhadap segala hal yang ada di alam eksistensi sambil berusaha untuk memahaminya, sementara orang lain menghabiskan hidupnya dalam keadaan tertidur”.
2.         Filsafat dalam Arti Umum.
Dalam arti ini, Filsafat digunakan untuk menyebut barbagai pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia tentang barbagai kesulitan yang dihadapinya, serta berusaha menemukan solusi yang tepat. Misalnya: “ siapakah Kita ?” dari mana kita berasal ?”. mengapa kita ada di sini.? Apakah kebenaran dan kebathilan.?” Apakah kebaikan dan kejahatan itu.?”..dan lain sebagainya.
Beginilah Aristoteles memahami Filsafat , ketika ia menyebutnya sebuah nama dari Ilmu dalam arti Umum. Pemahaman filsafat seperti ini kemudian dikembangkan dalam pemikiran Islam. Sejalan dengan ini Ibnu Nashr al-Farabi mengatakan: “ tidak ada sesuatupun di alam ini yang tidak bisa dimasuki oleh Filsafat”
3.         Filsafat dalam Arti Khusus.
Filsafat dalam arti ini, sinonim dengan kata sistem dari sebuah Madzhab tertentu. Arti seperti ini akan langsung terbentuk dalam pikiran kita, ketka kata Filsafat  di rangkaikan dengan nama seorang Filsuf, misalnya Filsafat Aristoteles atau Plato, perangkaian kata  Filsafat dengan nama Filsuf tertentu mengidentifikasikan bahwa setiap Filsuf dengan aktivitas filsafat yang dilakukannya bermaksud membangun suatu bentuk penafsiran yang lengkap dan menyeluruh terhadap segala sesuatu. Seorang Filsuf, dalam membangun filsafatnya, memulai dengan satu prinsip yang diyakini kebanarannya. Misalnya Keyakinannya terhadap prinsip yang mengatakan Bahwa “ asal usul wujud (Being) adalah materi, akal, atau kehidupan”. Juga keyakinannya bahwa  ”semua jenis pengetahuan merujuk kepada indera, atau kepada akal atau indera dan akal secara bersamaan”.
4.         Filsafat dalam Arti Universal.
Dalam arti ini, Filsafat berarti pengetahuan terhadap wujud (Being)  dalam universalitasnya dan bukan partikularitasnya. Arti seperti ini akan terlintas pada kita ketika kita melakukan Komparasi (PERBANDINGAN) antara Filsafat dengan ilmu-ilmu Partikular (Juz’iyyah) yang mengkaji alam ini dalam berbagai aspeknya, misalnya Ilmu alam yang mengkaji bagian-bagian yang bersifat material dan fenomena-fenomena alami yang muncul darinya, seperti Panas, cahaya, suara dan yang lain-lain.
Filsafat berusaha untuk menyatukan hal-hal yang ada secara keseluruhan dalam sebuah bingkai Rasional yang dapat menafsirkan baerbagai fenomena Riil, Oleh karena itu seorang Filsuf senantias mempertanyakan : apakah Alam ini materi atau Jiwa, atau percampuran antara keduanya ?.. apakah dibalik fenomena  alam yang berubah ini ada sesuatu yang tetap dan tak berubah ?.
Berkaitan dengan arti filsafat sebagai ilmu yang bersufat universal, Herbert Spencer (Filsuf Inggris, 1820-1903 M) pernah mengatakan bahwa Ilmu adalah pengetahuan yang menyatukan hal-hal yang ada (Being) secara Parsial (Partikular), sedangkan filsafat adalah pengetahuan yang menyatukannya secara sempurna (universal).
Terkait dengan arti universal Filsafat tersebut, Plato juga pernah mendiskripsikan filsuf sebagai orang yang mampu melihat alam kosmik secara menyeluruh pula, hal yang senada juga di ungkapkan oleh Doktor Zakaria Ibrahim bahwa tugas seorang  filsuf adalah mempercayai apa yang diucapkan oleh zaman daan waaktu, detik dan jam, serta cenderung pada dimensi ada (Being) dan bukan kepada berbagai objeknya.
5.         Filsafat dalam Arti Hikmah Kehidupan
Dalam arti ini, filsafat di pahami sebagai orientasi yang mencerahkan kehidupan sesuai tuntutan akal. Filsuf bukanlah seseorang yang hidup dalam menara gading dan mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat. Seperti yang selama ini di gambarkan oleh banyak orang.
Seorang Filsuf dalam menghadapi dan mengamati berbagai persoalan dalam realitas ini tidak sekedar mengamati dan memikirkannya untuk memahami dan menafsirkan.
Kita melihat Plato sejak masa Yunani telah menggambarkan sebuah Model” Masyarakat Manusia” seperti yang di cita-citakannya, Dalam diskripsi, Plato berusaha untuk menghilangkan Aib (Cela) yang ada dalam masyarakat, yaitu dengan membuat suatu Pola Reformulasi Umum. 
 Karl Marx adalah seorang Filsuf materialisme-dialektis (sosialisme-modern) yang hidup antara tahun 1818-1883 M,  Mark Mengkritik Habis Filsafat Klasik yang hanya mentafsirkan alam dan memandang bahwa hal tersebut tidak benar. Tugas filsafat adalah bekerja untuk merubah alam, karena menurut Marx, dengan merubah alam, manusia akan merubah dirinya dan akan membentuk suatu hukum baru yang memudahkan jalannya sejarah.
Filsafat Pragmatis juga memiliki orientasi seperti ini. William James, Tokoh filsafat Pragmatis yang paling terkenal menyatakan, “filsuf dalam arti yang sesungguhnya adalah seseorang yang berfikir untuk merealisasikan suatu manfaat yang dicarinya”.
Jika kita perhatikan secara seksama, kegiatan keseharian kita mencerminkan bahwa pada dasarnya kita selalu berfilsafat. Sebagai individu, seringkali kita terpaksa untuk menganalisa perbuatan-perbuatan kita, mengoreksi penilaian dan mempertimbangkan ukuran-ukuran (standar) yang kita buat, serta membatasi hubungan kita, baik dengan alam maupun orang lain dan sebagainya, sepanjang kita memahami filsafat sebagai sebuah proses kritik, analisa dan evaluasi terhadap kehidupan. Maka kehidupan kita sesungguhnya nyaris tidak pernah terpisah dari filsafat  .
B.     FILSAFAT DAN AGAMA
Adakah hubungan esensial antara Filsafat dengan Agama ?. pertanyaan ini timbul karena dalam sejarah kita mengetahui bahwa filsafat banyak menghadapi kekejaman, kekerasan dan penindasan dari sebagian pemuka agama yang fanatik.
Dalam pandangan sebagian Filsuf Khususnya para Filsuf Muslim, berfilsaat dapat menopang keimanan. Di sisi lain, keimanan dan keberagamaan tidak melarang seseorang untuk berfikir Produktif, kreatif dan inovatif. Maka bisa saja seseorang menjadi filsuf yang inovatif sekaligus sebagai orang yang taat beragama, sepetti Thomas Equinas dari kalangan Nasrani Eropa pada abad pertengahan, serta ulama-ulama Kalam (para Mutakallimin) dari kalangan pemikir Muslim yang merepresentasikan integrasi antara berfilsafat yang benar dengan keberagamaan yang mantap.
1.    Apa Arti Agama ?
Pengertian Agama menurut sebagian pemikir Eropa adalah “ segala bentuk kepercayaan manusia, termasuk yang bersifat Khurafat (Tahayyul) dan banyak berkembang sejak zaman Kuno dalam masyarakat Primitif dan masyarakat beradab.”.
Dalam satu kamus arab di sebutkan: Agama adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal—dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan Ilahi tersebut---kepada kebaikan hidup dunia dan kebahagiaan hidup di Akhirat”.
Beberapa Kriteria yang bisa kita dapati dalam sebuah Agama yaitu:
a.       Agama adalah sebuah Sistem yang datangnya dari Langit (Tuhan).
b.      Tujuan agama adalah mengarahkan dan membimbing akal Manusia;.
c.       Dasar beragama adalah kebebasan pilihan.
d.      Agama wahyu membwa kebaikan hidup didunia dan di Akhirat,
Pendefinisian agama tersebut  tidak akan sempurna tanpa melihat pokok-pokok akidah keagamaan yang benar, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
a.       Kepercayaan terhadap satu Tuhan yang maha kuasa dan bijaksana, terbebas dari kemiripan dengan Makhluk, serta tak berawal ataupun berakhir wujudNya.
b.      Kepercayaan terhadap wujud alam lain, dimana didalamnya terdapat makhluk-makhluk dari jenis lain, seperti Malaikat dan JIN.
c.       Kepercayaan terhadap pengutusan para Rasul Tuhan untuk mengajarkan Manusia bagaimana cara menjalani.
d.      Kepercayaan terhadaap adanya kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini, dimana kita akan dimintai perhitungan dan akan diberi balasan sesuai dengan amal perbuatan kita,
Ke empat dasar diatas merupakan dasar dari semua agama SAMAWI .
2.    Hubungan Filsafat dan Agama.
Pada abad-abad pertengahan, bangsa eropa menjadikan Filsafat sebagai sarana untuk mengharmoniskan antara akal dengan apa yang di bawa oleh Agama. Bahkan para theologi di Barat dan ahli kalam di dunia Islam telah menjadikan Filsafat sebagai “Tameng” pertahanan Akidah dengan segala argumentasi rasionalnya.
Pertentangan yang ada bukanlah antara filsafat dan agama, melainkan antara filsafat dengan para pemuka Agama yang Fanatik. Rene Descartes sebagai orang yang sangat mengagungkan rasio, sama sekali tidak mau menerima sesuatu yang berkaitan dengan Agama, prinsip-prinsip etika dan tradisi sosial, baginya rasiolah yang menentukan corak hidup kemanusiaan.
3.    Hubungan Filsafat dan Islam.
Islam senantiasa mendorong kita untuk menggunakan pikiran (akal).  Ibnu Rusyd berpendapat bahwa berfilsafat merupakan sebuah kewajiban agama bagi umat Islam. Berkenaan antara hubungan Filsafat dengan Agama, Ibnu Rusyd menyatakan ” Hikmah (filsafat) adalah kawan akrab sekaligus saudara sesusuan Syari’ah (agama).”.
4.    Harmonisasi antara Filsafat dengan Agama di kalangan Filsuf Muslim.
Ciri paling khusus dari Filsafat Islam adalah bahwa secara keseluruhan ia merupakan usaha yang diaarahkan untuk mengkompromikan antara filsafat dan agama. Para Filsuf Muslim banyak yang menganut pemikiran yunani, Khususnya pemikiran Aristoteles. Namun demikian , mereka menemukan banyak ketidakcocokan antara pemikiran tersebut dengan pokok-pokok Islam.
Mereka berusaha keras untuk memberikan corak keagamaan pada Filsafat yunani sekaligus memberi “Bungkus” filosofis dalam penjelasan tentang Agama.
Empat persoalan yang mencerminkan sebagian Usaha mereka adalah:
a.       Ketuhanan.
Aristoteles mendeskripsikan Allah  sebagai akal murni yang mencurahkan pikiranNya terhadap DzatNya sendiri. Ian juga mendeskripsikan Allah bersifat Esa, ketika ia menjelaskan bahwa kesatuan sistem alam memastikan keesaan sebabnya. Akan tetapi dalam hal ini aristoteles tidak konsisten, karena seringkali ia membahas mengenai adanya penggerak Khusus (yang tidaak berbeda dengan penggerak pertama) di setiap sistem tata surya.
Para filsuf muslim telah membentuk ide (Konsep) ketuhanan yang sangat jelas dan sesuai dengan Akidah Islam. Allah adalah “Wujud Pertama” (The First Being) sekaligus “sebab Mutlak”  (Prima Causa) bagi wujud-wujud Lain.
b.      Penciptaan Alam.
Aritoteles berbicara entang Qodimnya materi dan gerakan.  Menurut Aristoteles, Materi ada dengan sendirinya dan tidak butuh pada enttitas lain untuk mewujudkannya. Demikian juga gerakan, ia bersifat Azali dan tidak membutuhkan entitas yang lain pula. 
c.       Kekekalan Ruh.
Kepercayaan terhadap kekekalan ruh merupakan bagian penting ajaran Agama.
d.      Teori Kenabian
Islam dan agam-agama Samawi  lainnya menerima dan mempercayai adanya wahyu.
C.    FILSAFAT DAN ILMU
a. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan
Persamaan:
·         Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
·         Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan  yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
·         Keduanya mempunyai metode dan sistem
·         Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.
·         hasil pemikiran yang mendalam tentang suatu hal agar dapat  di pahami
·         keduanya memiliki bukti yang nyata
Perbedaan:
·         Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu Pengetahuan [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing untuk dapat di pahami maksudnya.
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita sehingga mewujud kan suatu kesamaan antara yang di pikirkan dengan yang di perolehnya.
·         Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu pengetahuan haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
b. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat Dan Pengetahuan
Persamaan:
·         kedunya memiliki pemikiran yang real
·         hasil pemikiran yang benar-benar sesuai dengan apa yang dilihat
·         Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya.
·         Keduanya  memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebanya.
·         Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
·         Keduanya mempunyai metode dan sistem.
·         Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Perbedaan:
·         Filsafat berusaha mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan sedangkan Pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.
·         Filsafat hanya Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu sedangkan pengetahuan dapat mengkajinya  sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris

c. Persamaan dan Perbedaan Antara Ilmu Pengetahuan Dan Pengetahuan
Persamaan:
·         Ilmu pengatahuan dan Pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu analisa terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja penggunaannya tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan keilmuan tersebut.
·         Keduanya sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan  pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu yang terkait.
·         keduanya memiliki peran yang sangat berkaitan satu sama lain.
·         memiliki pandangan yang sama sama menguntungkan bagi manusia 

Perbedaan:
·         ilmu pengetahuan adalah kerangka konseptual atau teori yang saling berkaitan yang memberi tempat pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat sistematik, objektif, dan universal. Sedang pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain, dengan demikian tidak bersifat sistematik dan tidak objektif serta tidak universal atau lebih kepada kemampuan setiap orang dalam menanggapi sesuatu yang berbeda.
·         Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dapat kita peroleh melalui proses yang disebut pembelajaran atau dengan kata lain hasil dari pembelajaran, berbeda dengan Pengetahuan yang dapat kita peroleh tanpa melalui proses pembelajaran dan memiliki cara berfikir yang berbeda.
·         Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek material dan objek formal
D.    KAJIAN-KAJIAN FILSAFAT
Obyek filsafat terbagi menjadi dua obyek yaitu; obyek materi dan obyek formal filsafat. Yang disebut obyek materi adalah hal atau bahan yang akan diselidiki (hal yang menjadi sasaran penyelidikan), sedangkan obyek forma adalah sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang.
Obyek materi filsafat yang diselidiki mengenai semua yang ada : manusia, alam dan Tuhan, sedangkan obyek formal filsafat yang menyangkut hakikat, sifat dasar arti atau makna terdalam dari sesuaatu hal . Dengan kata lain bahwa objek filsafat Islam itu adalah meliputi :
1.     Objek materia filsafat ialah Semua yang ada, yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok:  
1.1.  Hakekat Tuhan;  
1.2.  Hakekat Alam dan
1.3.  Hakekat Manusia .
2.     Objek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek materi filsafat .
Dari pemahaman di atas nampak bahawa Objek filsafat itu bukan main luasnya”, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada menurut akal pikirannya.
          Lebih lanjut DR Musa As’arie menjelaskan bahwa objek dari Filsafat islam adalah membahas hakikat semua yang ada, sejak dari tahapan ontologis, hingga metafisis, membahas nilai-nilai yang meliputi epistemologis,estetika,dan etika yang disesuaikan dengan kecendrungan perubahan dan semangat zaman. Kajian filsafat Islam terhadap objek material dari waktu ke waktu mengkin tidak berubah, tetapi corak dan sifat serta dimensi yang menjadi tekanan atau fokus kajiannya (objek formal) harus berubah dan menyesuaikan dengan perubahan, serta konteks kehidupan manusia, dan semangat baru yang selalu muncul dalam setiap perkembangan jaman.
Atas dasar pada bidang penyelidikan dari objeknya ini, maka filsafat dapat dibagi menurut objeknya adalah sebagai berikut:
1.     Ada Umum yakni menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Eropa, ADA UMUM ini disebut “Ontologia” yang berasal dari perkataan Yunani “Onontos” yang berarti “ada”,
2.     Ada Mutlak, sesuatu yang ada secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan ia harus terus menerus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal adanya segala sesuatu. Ini disebut orang “Tuhan” dalam Bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam Bahasa Arab disebut “Ilah” atau “Allah”.
3.     Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakekat alam dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. “Ada tidak mutlak”, mungkin “ada” dan mungkin “lenyep sewaktu-waktu” pada suatu masa.
4.     Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk “ada yang tidak mutlak” maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya? Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropologia.
5.     Etika: filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
6.     Logika: filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah akal yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi takkan ada penyelidikan. Oleh karena itu dipersoalkan adakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran? Dengan segera timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan tentang akal budi itu disebut Filsafat Akal
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebenarnya objek Filsafat Islam ialah sama dengan objek kajian filsafat pada umumnya yaitu realitas, baik yang material maupun yang ghaib. Hanya Perbedaannya terletak pada subjek yang mempunyai komitmen Qur’anik.
Ruang lingkup filsafat Islam  menurut beberapa ahli filsafat di anataranya :
I.          Al Kindi :
Di kalangan kaum muslimin, orang yang pertama-tama mem­berikan pengertian filsafat dan lapangannya ialah Al-Kindi. la membagi filsafat menjadi 3 bagian, yaitu :
1.        Ilmu fisika (ilmu-thabiyyat) sebagai tingkatan yang paling bawah.
2.        IImu matematika (al - ilmur - riyadhi) sebagai tingkatan tengah-tengah.
3.        Ilmu Ketuhanan (ilmur - rububiyyah) sebagai tingkatan yang paling tinggi.
II.         Al Farabi :
Menurut Al-Farabi, lapangan filsafat dibagi menjadi dua ba­gian, yaitu :
1.     Filsafat teori, yaitu mengetahui sesuatu yang ada, dimana seseorang tidak bisa (tidak perlu) mewujudkannya dalam per­buatan. Bagian ini meliputi :
-       ilmu matematika.    
-       ilmu fisika.
-       ilmu metafisika.
2.     Filsafat amalan, yaitu mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dalam perbuatan dan yg menimbulkan kekuatan untuk mengerjakan bagian-bagian yg baik. Bagian ini meliputi :
2.1. Ilmu akhlak  ; yaitu amalan yg berhubungan dgn perbuatan perbuatan yg baik
2.2. Filsafat politik: yaitu amalan yg berhubungan dg perbuatan perbuatan baik yg seharusnya dikerjakan oleh penduduk negeri.
III.        Ibnu Sina :
Pembagian filsafat menurut Ibnu Sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian-pembagian sebelumnya, yaitu filsafat teori dan filsafat amalan. Akan tetapi ia menghubungkan kedua bagian tersebut kepada agama. Dasar-dasar filsafat tersebut terdapat dalam agama atau syari'at Tuhan, hanya penjelasannya didapatkan oleh kekuatan akal-pikiran manusia.
Pembagian filsafat Ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah :
1.     Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu; demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2.     Ilmu keakhiratan, antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itulah yang akan mengalami siksaan dan kesenangan.               

0 Response to "DEFINISI FILSAFAT"

Post a Comment

Tinggalkan Pesan Gan, Supaya saya bisa kunjung balik Pesan anda begitu berarti bagi kemajuan blog ini,

wdcfawqafwef