BAB I
DEFINISI FILSAFAT
(di rangkum dari buku
“Cara Mudah Belajar Filsafat, Barat dan Islam”
Karya DR. Fuad Farid
Ismail dan Dr. Abdul Hamid Mutawalli)
RESUME
Dirangkum Untuk Memenuhi Tugas
Individu
Program Strata Satu (S1) Fakultas
Tarbiyah, PAI / VI-H
Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU
Dosen : Drs. HR MAHRUR AM, M.Ag
Dirangkum
Oleh :
Masruchan Sahab [ 2124895 ]
SEKOLAH
TINGGI AGAMA
ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN
(STAINU)
KEBUMEN
Jln.
Tentara Pelajar 55 B Kebumen
2013
BAB
I
DEFINISI
FILSAFAT
A.
PENGERTIAN FILSAFAT
Sebelum
melakukan pengkajian tentang filsafat, kita perlu membatasi dulu apa pengertian
filsafat itu. Dengan demikian kita akan memahami karakteristik dasarnya, serta
mengerti tema-tema filosofis yang
nantinya akan di temui.
Istilah
filsafat tidak bisa di pahami secara utuh sebelum kita mengetahui ruang lingkup
kajian dan persoalan-persoalan yang ditangani, di samping itu, para filsuf
sendiri mempunyai pandangan yang berbeda mengenai arti, objek, metode, tujuan
dan nilai filsafat.
Beberapa
definisi filsafat sebagai berikut:
1.
Filsafat
dalam arti Cinta Kebijakan (Hikmah)
Ini adalah arti derivatif dari kata Filsafat. Konon
Phytagoras, seorang filsuf yunani Klasik, mengambil kata “filsafat” dari dua
kata berbahasa Yunani, yaitu Philo dan Shopia. Philo
berarti cinta, sedangkan Shopia berarti bijaksana. Jadi, kata Philoshopia
berarti cinta Kebijaksanaan.
Orang-orang Yunani sebelum Phitagoras mengartikan kata Shopia sebagai
kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran. Kemudian maknanya berkembang
dan digunakan sebagai istilah kecakapan di bidang Syair dan Musik.
Karena Kebijaksanaan (shopia), atau pengetahuan
terhadap kebenaran murni itu merupakan
suatu pencapaian yang sulit dilakukan, dimana hanya Allah saja yang mampu melakukannya,
maka menurut Phytagoras yang pantas bagi manusia adalah sekedar sebagai
“pecinta kebijaksanaan”. Dia menegaskan “ cukuplah seorang menjadi mulia
ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya.”
Kata Filsafat kemudian masuk ke dalam bahasa Arab menjadi “Falsafah”,
dan masuk ke dalam bahasa
Inggris menjadi “Philosophy”.
Sepanjang sejarahnya , filsafat menjadi saksi dari kerendahan hati para
Filsuf yang tidak mengKlaim dari mereka sebagai orang yang mampu mengetahui segala-galanya, melainkan sekedar
sebagai para pencari dan pencinta Kebijaksanaan (Hikmah).
Filsafat berkaitan erat dengan pengamatan dan pemikiran rasional.
Dengan demikian, seorang Filsuf- dalam Istilah Plato---adalah :”Orang yang
sadar (terjaga) dan membuka pandangannya terhadap segala hal yang ada di alam
eksistensi sambil berusaha untuk memahaminya, sementara orang lain menghabiskan
hidupnya dalam keadaan tertidur”.
2.
Filsafat
dalam Arti Umum.
Dalam arti ini, Filsafat digunakan untuk menyebut barbagai pertanyaan
yang muncul dalam pikiran manusia tentang barbagai kesulitan yang dihadapinya,
serta berusaha menemukan solusi yang tepat. Misalnya: “ siapakah Kita ?” dari
mana kita berasal ?”. mengapa kita ada di sini.? Apakah kebenaran dan
kebathilan.?” Apakah kebaikan dan kejahatan itu.?”..dan lain sebagainya.
Beginilah Aristoteles memahami Filsafat , ketika ia menyebutnya
sebuah nama dari Ilmu dalam arti Umum. Pemahaman filsafat seperti ini kemudian
dikembangkan dalam pemikiran Islam. Sejalan dengan ini Ibnu Nashr al-Farabi
mengatakan: “ tidak ada sesuatupun di alam ini yang tidak bisa dimasuki oleh
Filsafat”
3.
Filsafat
dalam Arti Khusus.
Filsafat dalam arti ini, sinonim dengan kata sistem dari sebuah
Madzhab tertentu. Arti seperti ini akan langsung terbentuk dalam pikiran kita,
ketka kata Filsafat di rangkaikan
dengan nama seorang Filsuf, misalnya Filsafat Aristoteles atau Plato, perangkaian
kata Filsafat dengan nama Filsuf
tertentu mengidentifikasikan bahwa setiap Filsuf dengan aktivitas filsafat yang
dilakukannya bermaksud membangun suatu bentuk penafsiran yang lengkap dan
menyeluruh terhadap segala sesuatu. Seorang Filsuf, dalam membangun
filsafatnya, memulai dengan satu prinsip yang diyakini kebanarannya. Misalnya
Keyakinannya terhadap prinsip yang mengatakan Bahwa “ asal usul wujud (Being)
adalah materi, akal, atau kehidupan”. Juga keyakinannya bahwa ”semua jenis pengetahuan merujuk kepada
indera, atau kepada akal atau indera dan akal secara bersamaan”.
4.
Filsafat
dalam Arti Universal.
Dalam arti ini, Filsafat berarti pengetahuan terhadap wujud
(Being) dalam universalitasnya dan
bukan partikularitasnya. Arti seperti ini akan terlintas pada kita ketika kita
melakukan Komparasi (PERBANDINGAN) antara Filsafat dengan ilmu-ilmu Partikular (Juz’iyyah)
yang mengkaji alam ini dalam berbagai aspeknya, misalnya Ilmu alam yang
mengkaji bagian-bagian yang bersifat material dan fenomena-fenomena alami yang
muncul darinya, seperti Panas, cahaya, suara dan yang lain-lain.
Filsafat berusaha untuk menyatukan hal-hal yang ada secara
keseluruhan dalam sebuah bingkai Rasional yang dapat menafsirkan baerbagai
fenomena Riil, Oleh karena itu seorang Filsuf senantias mempertanyakan : apakah
Alam ini materi atau Jiwa, atau percampuran antara keduanya ?.. apakah dibalik
fenomena alam yang berubah ini ada
sesuatu yang tetap dan tak berubah ?.
Berkaitan dengan arti filsafat sebagai ilmu yang bersufat
universal, Herbert Spencer (Filsuf Inggris, 1820-1903 M) pernah mengatakan
bahwa Ilmu adalah pengetahuan yang menyatukan hal-hal yang ada (Being)
secara Parsial (Partikular), sedangkan filsafat adalah pengetahuan yang
menyatukannya secara sempurna (universal).
Terkait dengan arti universal Filsafat tersebut, Plato juga pernah
mendiskripsikan filsuf sebagai orang yang mampu melihat alam kosmik secara
menyeluruh pula, hal yang senada juga di ungkapkan oleh Doktor Zakaria Ibrahim
bahwa tugas seorang filsuf adalah
mempercayai apa yang diucapkan oleh zaman daan waaktu, detik dan jam, serta
cenderung pada dimensi ada (Being) dan bukan kepada berbagai objeknya.
5.
Filsafat
dalam Arti Hikmah Kehidupan
Dalam arti ini, filsafat di pahami sebagai orientasi yang
mencerahkan kehidupan sesuai tuntutan akal. Filsuf bukanlah seseorang yang
hidup dalam menara gading dan mengasingkan diri dari kehidupan
masyarakat. Seperti yang selama ini di gambarkan oleh banyak orang.
Seorang Filsuf dalam menghadapi dan mengamati berbagai persoalan
dalam realitas ini tidak sekedar mengamati dan memikirkannya untuk memahami dan
menafsirkan.
Kita melihat Plato sejak masa Yunani telah menggambarkan sebuah
Model” Masyarakat Manusia” seperti yang di cita-citakannya, Dalam
diskripsi, Plato berusaha untuk menghilangkan Aib (Cela) yang ada dalam
masyarakat, yaitu dengan membuat suatu Pola Reformulasi Umum.
Karl Marx adalah seorang
Filsuf materialisme-dialektis (sosialisme-modern) yang hidup antara tahun
1818-1883 M, Mark Mengkritik Habis
Filsafat Klasik yang hanya mentafsirkan alam dan memandang bahwa hal tersebut
tidak benar. Tugas filsafat adalah bekerja untuk merubah alam, karena menurut
Marx, dengan merubah alam, manusia akan merubah dirinya dan akan membentuk
suatu hukum baru yang memudahkan jalannya sejarah.
Filsafat Pragmatis juga memiliki orientasi seperti ini. William
James, Tokoh filsafat Pragmatis yang paling terkenal menyatakan, “filsuf dalam
arti yang sesungguhnya adalah seseorang yang berfikir untuk merealisasikan
suatu manfaat yang dicarinya”.
Jika kita perhatikan secara seksama, kegiatan keseharian kita
mencerminkan bahwa pada dasarnya kita selalu berfilsafat. Sebagai individu,
seringkali kita terpaksa untuk menganalisa perbuatan-perbuatan kita, mengoreksi
penilaian dan mempertimbangkan ukuran-ukuran (standar) yang kita buat, serta
membatasi hubungan kita, baik dengan alam maupun orang lain dan sebagainya, sepanjang
kita memahami filsafat sebagai sebuah proses kritik, analisa dan evaluasi
terhadap kehidupan. Maka kehidupan kita sesungguhnya nyaris tidak pernah
terpisah dari filsafat .
B.
FILSAFAT DAN AGAMA
Adakah hubungan
esensial antara Filsafat dengan Agama ?. pertanyaan ini timbul karena dalam
sejarah kita mengetahui bahwa filsafat banyak menghadapi kekejaman, kekerasan
dan penindasan dari sebagian pemuka agama yang fanatik.
Dalam pandangan
sebagian Filsuf Khususnya para Filsuf Muslim, berfilsaat dapat menopang
keimanan. Di sisi lain, keimanan dan keberagamaan tidak melarang seseorang
untuk berfikir Produktif, kreatif dan inovatif. Maka bisa saja seseorang
menjadi filsuf yang inovatif sekaligus sebagai orang yang taat beragama,
sepetti Thomas Equinas dari kalangan Nasrani Eropa pada abad pertengahan, serta
ulama-ulama Kalam (para Mutakallimin) dari kalangan pemikir Muslim yang
merepresentasikan integrasi antara berfilsafat yang benar dengan keberagamaan
yang mantap.
1.
Apa
Arti Agama ?
Pengertian Agama menurut sebagian pemikir Eropa adalah “ segala
bentuk kepercayaan manusia, termasuk yang bersifat Khurafat (Tahayyul) dan
banyak berkembang sejak zaman Kuno dalam masyarakat Primitif dan masyarakat
beradab.”.
Dalam satu kamus arab di sebutkan: Agama adalah satu bentuk
ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal—dengan pilihan mereka
sendiri terhadap ketetapan Ilahi tersebut---kepada kebaikan hidup dunia dan
kebahagiaan hidup di Akhirat”.
Beberapa Kriteria yang bisa kita dapati dalam sebuah Agama yaitu:
a.
Agama
adalah sebuah Sistem yang datangnya dari Langit (Tuhan).
b.
Tujuan
agama adalah mengarahkan dan membimbing akal Manusia;.
c.
Dasar
beragama adalah kebebasan pilihan.
d.
Agama
wahyu membwa kebaikan hidup didunia dan di Akhirat,
Pendefinisian agama tersebut tidak akan sempurna tanpa melihat pokok-pokok
akidah keagamaan yang benar, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
a.
Kepercayaan
terhadap satu Tuhan yang maha kuasa dan bijaksana, terbebas dari kemiripan
dengan Makhluk, serta tak berawal ataupun berakhir wujudNya.
b.
Kepercayaan
terhadap wujud alam lain, dimana didalamnya terdapat makhluk-makhluk dari jenis
lain, seperti Malaikat dan JIN.
c.
Kepercayaan
terhadap pengutusan para Rasul Tuhan untuk mengajarkan Manusia bagaimana cara
menjalani.
d.
Kepercayaan
terhadaap adanya kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini, dimana kita akan
dimintai perhitungan dan akan diberi balasan sesuai dengan amal perbuatan kita,
Ke empat dasar
diatas merupakan dasar dari semua agama SAMAWI .
2.
Hubungan
Filsafat dan Agama.
Pada abad-abad pertengahan, bangsa eropa menjadikan Filsafat
sebagai sarana untuk mengharmoniskan antara akal dengan apa yang di bawa oleh
Agama. Bahkan para theologi di Barat dan ahli kalam di dunia Islam telah
menjadikan Filsafat sebagai “Tameng” pertahanan Akidah dengan segala
argumentasi rasionalnya.
Pertentangan yang ada bukanlah antara filsafat dan agama, melainkan
antara filsafat dengan para pemuka Agama yang Fanatik. Rene Descartes sebagai
orang yang sangat mengagungkan rasio, sama sekali tidak mau menerima sesuatu
yang berkaitan dengan Agama, prinsip-prinsip etika dan tradisi sosial, baginya
rasiolah yang menentukan corak hidup kemanusiaan.
3.
Hubungan
Filsafat dan Islam.
Islam senantiasa mendorong kita untuk menggunakan pikiran
(akal). Ibnu Rusyd berpendapat bahwa
berfilsafat merupakan sebuah kewajiban agama bagi umat Islam. Berkenaan antara
hubungan Filsafat dengan Agama, Ibnu Rusyd menyatakan ” Hikmah (filsafat)
adalah kawan akrab sekaligus saudara sesusuan Syari’ah (agama).”.
4.
Harmonisasi
antara Filsafat dengan Agama di kalangan Filsuf Muslim.
Ciri paling khusus dari Filsafat Islam adalah bahwa secara
keseluruhan ia merupakan usaha yang diaarahkan untuk mengkompromikan antara
filsafat dan agama. Para Filsuf Muslim banyak yang menganut pemikiran yunani,
Khususnya pemikiran Aristoteles. Namun demikian , mereka menemukan banyak
ketidakcocokan antara pemikiran tersebut dengan pokok-pokok Islam.
Mereka berusaha keras untuk memberikan corak keagamaan pada
Filsafat yunani sekaligus memberi “Bungkus” filosofis dalam penjelasan tentang
Agama.
Empat persoalan yang mencerminkan sebagian Usaha mereka adalah:
a.
Ketuhanan.
Aristoteles mendeskripsikan Allah
sebagai akal murni yang mencurahkan pikiranNya terhadap DzatNya sendiri.
Ian juga mendeskripsikan Allah bersifat Esa, ketika ia menjelaskan bahwa
kesatuan sistem alam memastikan keesaan sebabnya. Akan tetapi dalam hal ini
aristoteles tidak konsisten, karena seringkali ia membahas mengenai adanya
penggerak Khusus (yang tidaak berbeda dengan penggerak pertama) di setiap
sistem tata surya.
Para filsuf muslim telah membentuk ide (Konsep) ketuhanan yang
sangat jelas dan sesuai dengan Akidah Islam. Allah adalah “Wujud Pertama” (The
First Being) sekaligus “sebab Mutlak” (Prima Causa) bagi wujud-wujud Lain.
b.
Penciptaan
Alam.
Aritoteles berbicara entang Qodimnya materi dan gerakan. Menurut Aristoteles, Materi ada dengan
sendirinya dan tidak butuh pada enttitas lain untuk mewujudkannya. Demikian
juga gerakan, ia bersifat Azali dan tidak membutuhkan entitas yang lain pula.
c.
Kekekalan
Ruh.
Kepercayaan terhadap kekekalan ruh merupakan bagian penting ajaran
Agama.
d.
Teori
Kenabian
Islam dan agam-agama Samawi lainnya menerima dan mempercayai adanya wahyu.
C.
FILSAFAT DAN ILMU
a. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan
Persamaan:
· Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya
sampai ke-akar-akarnya
· Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian-kejadian
yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
· Keduanya
mempunyai metode dan sistem
· Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.
· hasil
pemikiran yang mendalam tentang suatu hal agar dapat di pahami
· keduanya
memiliki bukti yang nyata
Perbedaan:
· Obyek
material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala
sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu Pengetahuan
[pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya
terfokus pada disiplin bidang masing-masing untuk dapat di pahami maksudnya.
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita sehingga mewujud kan suatu kesamaan antara yang di pikirkan dengan yang di perolehnya.
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita sehingga mewujud kan suatu kesamaan antara yang di pikirkan dengan yang di perolehnya.
· Filsafat
dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis,
dan pengawasan, sedangkan ilmu pengetahuan haruslah diadakan riset lewat
pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan
pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
b. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat Dan Pengetahuan
Persamaan:
· kedunya
memiliki pemikiran yang real
· hasil pemikiran
yang benar-benar sesuai dengan apa yang dilihat
· Keduanya mencari
rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
sampai keakar-akarnya.
· Keduanya memberikan
pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian
yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebanya.
· Keduanya hendak
memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
· Keduanya mempunyai
metode dan sistem.
· Keduanya hendak
memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Perbedaan:
· Filsafat berusaha mencoba
merumuskan pertanyaan atas jawaban. mencari prinsip-prinsip umum, tidak
membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara
umum dan keseluruhan sedangkan Pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.
· Filsafat hanya Bertugas
mengintegrasikan ilmu-ilmu sedangkan pengetahuan dapat mengkajinya sampai pada kebenaran melalui
kesimpulan logis dari pengamatan empiris
c. Persamaan dan Perbedaan Antara Ilmu Pengetahuan Dan
Pengetahuan
Persamaan:
· Ilmu
pengatahuan dan Pengetahuan pada
dasarnya memiliki arti yang sama yaitu analisa terhadap suatu hal berdasarkan
metode ilmiah hanya saja penggunaannya tergantung dari sifat dan tujuan yang
hendak dicapai dalam kegiatan keilmuan tersebut.
· Keduanya
sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan pengetahuan tentang
sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan
masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa
setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian
dari ilmu yang terkait.
· keduanya
memiliki peran yang sangat berkaitan satu sama lain.
· memiliki
pandangan yang sama sama menguntungkan bagi manusia
Perbedaan:
· ilmu
pengetahuan adalah kerangka konseptual atau teori yang saling berkaitan
yang memberi tempat pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah
oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat
sistematik, objektif, dan universal. Sedang pengetahuan adalah
hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak memberikan tempat bagi
pengkajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain, dengan demikian tidak
bersifat sistematik dan tidak objektif serta tidak universal atau lebih kepada
kemampuan setiap orang dalam menanggapi sesuatu yang berbeda.
· Ilmu
pengetahuan adalah sesuatu yang
dapat kita peroleh melalui proses yang disebut pembelajaran atau dengan kata
lain hasil dari pembelajaran, berbeda dengan Pengetahuan yang dapat
kita peroleh tanpa melalui proses pembelajaran dan memiliki cara berfikir yang
berbeda.
· Ilmu
pengetahuan merupakan kumpulan dari
berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan
ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek material dan objek formal
D.
KAJIAN-KAJIAN FILSAFAT
Obyek filsafat terbagi menjadi dua obyek yaitu; obyek
materi dan obyek formal filsafat. Yang disebut obyek materi adalah hal atau
bahan yang akan diselidiki (hal yang menjadi sasaran penyelidikan), sedangkan
obyek forma adalah sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan
tersebut dipandang.
Obyek materi filsafat yang diselidiki mengenai semua yang
ada : manusia, alam dan Tuhan, sedangkan obyek formal filsafat yang
menyangkut hakikat, sifat dasar arti atau makna terdalam dari sesuaatu
hal . Dengan kata lain bahwa objek filsafat Islam itu adalah meliputi :
1.
Objek materia filsafat ialah Semua yang ada,
yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok:
1.1.
Hakekat Tuhan;
1.2. Hakekat Alam dan
1.3.
Hakekat Manusia .
2. Objek forma filsafat ialah usaha mencari
keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek
materi filsafat .
Dari pemahaman di atas nampak bahawa Objek filsafat itu
bukan main luasnya”, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala
sesuatu yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran
atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk
mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada menurut akal
pikirannya.
Lebih lanjut DR Musa
As’arie menjelaskan bahwa objek dari Filsafat islam adalah membahas hakikat
semua yang ada, sejak dari tahapan ontologis, hingga metafisis, membahas
nilai-nilai yang meliputi epistemologis,estetika,dan etika yang disesuaikan
dengan kecendrungan perubahan dan semangat zaman. Kajian filsafat Islam
terhadap objek material dari waktu ke waktu mengkin tidak berubah, tetapi corak
dan sifat serta dimensi yang menjadi tekanan atau fokus kajiannya (objek
formal) harus berubah dan menyesuaikan dengan perubahan, serta konteks
kehidupan manusia, dan semangat baru yang selalu muncul dalam setiap
perkembangan jaman.
Atas dasar pada bidang penyelidikan dari
objeknya ini, maka filsafat dapat dibagi menurut objeknya adalah sebagai
berikut:
1.
Ada Umum yakni menyelidiki apa yang
ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya
mungkin adanya. Dalam bahasa Eropa, ADA UMUM ini disebut “Ontologia” yang berasal dari perkataan Yunani
“Onontos” yang berarti “ada”,
2.
Ada Mutlak, sesuatu yang ada secara mutlak yakni zat
yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak
berpermulaan dan tidak berpenghabisan ia harus terus menerus ada, karena adanya
dengan pasti. Ia merupakan asal adanya segala sesuatu. Ini disebut orang
“Tuhan” dalam Bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam Bahasa Arab
disebut “Ilah” atau “Allah”.
3.
Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakekat
alam dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada
Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa
adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan
Allah. “Ada tidak mutlak”, mungkin “ada” dan mungkin “lenyep sewaktu-waktu”
pada suatu masa.
4.
Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia
termasuk “ada yang tidak mutlak” maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah
manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong
tindakannya? Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropologia.
5.
Etika: filsafat yang menyelidiki tingkah laku
manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta
tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
6.
Logika: filsafat akal budi dan biasanya
juga disebut mantiq. Akal budi adalah akal yang terpenting dalam penyelidikan manusia
untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua
penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi takkan
ada penyelidikan. Oleh karena itu dipersoalkan adakah manusia mempunyai akal
budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran? Dengan segera timbul pula
soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh
akal budi manusia. Maka penyelidikan tentang akal budi itu disebut Filsafat Akal
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sebenarnya objek Filsafat Islam ialah sama dengan objek kajian filsafat pada
umumnya yaitu realitas, baik yang material maupun yang ghaib. Hanya
Perbedaannya terletak pada subjek yang mempunyai komitmen Qur’anik.
Ruang lingkup filsafat Islam menurut beberapa ahli filsafat di
anataranya :
I.
Al Kindi :
Di kalangan kaum muslimin, orang yang pertama-tama memberikan pengertian
filsafat dan lapangannya ialah Al-Kindi. la membagi filsafat menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Ilmu fisika (ilmu-thabiyyat) sebagai tingkatan
yang paling bawah.
2.
IImu matematika (al - ilmur - riyadhi) sebagai
tingkatan tengah-tengah.
3. Ilmu Ketuhanan (ilmur - rububiyyah) sebagai
tingkatan yang paling tinggi.
II.
Al Farabi :
Menurut Al-Farabi, lapangan filsafat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Filsafat teori, yaitu mengetahui sesuatu yang
ada, dimana seseorang tidak bisa (tidak perlu) mewujudkannya dalam perbuatan.
Bagian ini meliputi :
-
ilmu matematika.
-
ilmu fisika.
-
ilmu metafisika.
2. Filsafat amalan, yaitu mengetahui sesuatu yang
seharusnya diwujudkan dalam perbuatan dan yg menimbulkan kekuatan untuk mengerjakan bagian-bagian yg baik. Bagian ini meliputi :
2.1. Ilmu akhlak ; yaitu amalan yg berhubungan dgn
perbuatan perbuatan yg baik
2.2. Filsafat politik: yaitu amalan yg berhubungan dg perbuatan
perbuatan baik yg seharusnya dikerjakan oleh penduduk negeri.
III.
Ibnu Sina :
Pembagian filsafat menurut Ibnu Sina pada pokoknya tidak berbeda dengan
pembagian-pembagian sebelumnya, yaitu filsafat teori dan filsafat amalan. Akan
tetapi ia menghubungkan kedua bagian tersebut kepada agama. Dasar-dasar filsafat
tersebut terdapat dalam agama atau syari'at Tuhan, hanya penjelasannya
didapatkan oleh kekuatan akal-pikiran manusia.
Pembagian filsafat Ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah :
1. Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan
makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu; demikian pula bagaimana cara
wahyu itu disampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang
dapat dilihat dan didengar.
2.
Ilmu keakhiratan, antara lain memperkenalkan
kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang
abadi itulah yang akan mengalami siksaan dan
kesenangan.
0 Response to "DEFINISI FILSAFAT"
Post a Comment
Tinggalkan Pesan Gan, Supaya saya bisa kunjung balik Pesan anda begitu berarti bagi kemajuan blog ini,