STRATIFIKASI
SOSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Program Strata Satu
(S1) Fakultas Tarbiyah, PAI / VI-H
Mata Kuliah : SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dosen : Sobari Waluyo, M.Pd.
Disusun Oleh
Masruchan Sahab [ 2124895 ]
Nur Laela [
2124881 ]
Ibnu Ya’kub [ 2124873 ]
Syarif Abdullah [ 2124902 ]
Istinganah [ 2124874 ]
Rokhminingsih [ 2124883 ]
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN
(STAINU) KEBUMEN
Jln.
Tentara Pelajar 55 B Kebumen
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah, penyusun
panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah “STRATIFIKASI SOSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN”.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan karena adanya
bantuan dari beberapa pihak, Oleh karena itu, pada kesempatan
ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Yth. Sobari Waluyo, M.Pd. dosen pengampu mata kuliah “SOSIOLOGI PENDIDIKAN”.
2.
Teman-teman yang telah memberikan bantuan, baik berupa ide, support atau
motivasi demi terselesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran pada semua pihak demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan
bagi rekan-rekan mahasiswa yang berminat
pada umumnya.
Kebumen, 2013
Penyusun
BAB
I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Berbicara mengenai masyarakat kita akan berbicara tentang struktur
sosial masyarakat itu sendiri. Dalam masyarakat terdapat strata yang membedakan
status dan kedudukan masyarakat tersebut atau yang familiar disebut
Stratifikasi Sosial. Meskipun tingkat pendidikan sosial seseorang
tidak bisa sepenuhnya diramalkan melalui kedudukan sosialnya, namun pendidikan
sosial yang tinggi sejalan dengan kedudukan sosial yang tinggi pula. Anak
golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan studinya hingga ke perguruan
tinggi. Sedangkan orang golongan tinggi cenderung menginginkan anaknya untuk
menyelesaikan pendidikan tinggi. Hal tersebut terjadi karena faktor biaya
pendidikan yang tergolong mahal.
Ø Golongan
Sosial dan Jenis Pendidikan.
Golongan sosial juga menentukan jenis
pendidikan yang dipilih oleh orang tua siswa. Umumnya, anak-anak yang orang
tuanya mampu, cenderung menyekolahkan anaknya di sekolah menengah umum sebagai
persiapan studi di universitas. Sedangkan orang tua yang memiliki keterbatasan
keuangan, cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya.
Ø Mobilitas
Sosial dan Pendidikan
Dalam sistem stratifikasi sosial terbuka
(opened social stratification), seseorang dapat melakukan perpindahan dari
status rendah ke status tinggi maupun sebaliknya. Perpindahan status ini
disebut dengan mobilitas sosial.
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk melakukan mobilitas sosial tersebut. Pendidikan dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk beralih dari suatu golongan ke golongan yang lebih tinggi. Pendidikan secara merata memberi kesamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah.
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk melakukan mobilitas sosial tersebut. Pendidikan dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk beralih dari suatu golongan ke golongan yang lebih tinggi. Pendidikan secara merata memberi kesamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah.
Menurut Beteille, pendidikan merupakan sesuatu
hal yang sangat berharga karena dapat memberikan akses untuk jabatan dengan
bayaran yang lebih baik. Banyak contoh yang dapat diamati tentang seseorang
yang statusnya meningkat berkat pendidikan yang ditempuhnya. Maka semakin besar peluangnya mendapatkan
kedudukan yang baik dan masuk golongan sosial menengah atas.
Di samping itu, ada juga beberapa faktor lain
yang mempengaruhi mobilitas sosial di bidang pendidikan.
1)
Faktor guru. Para guru
dapat mendorong anak didiknya untuk meningkatkan status sosialnya melalui
prestasi yang tinggi. Guru tersebut juga dapat menjadi model mobilitas sosial
berkat usahanya belajar sungguh-sungguh sehingga kedudukannya meningkat.
Sebaliknya, guru juga dapat menghambat proses mobilitas sosial apabila guru
memandang rendah dan tidak yakin akan kemampuan anak-anak golongan bawah.
2)
Faktor sekolah. Sekolah dapat
membuka kesempatan untuk meningkatkan status sosial anak-anak golongan bawah.
Di sekolah memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang sama,
mempelajari buku yang sama, diajar oleh guru yang sama, bahkan berpakaian
seragam yang sama dengan anak golongan tinggi.
Pendidikan
merupakan suatu proses dimana seseorang manusia dari tidak tahu menjadi tahu,
tetapi pada saat ini sosiologi dan pendidikan menjadi hal yang terkait karena
adanya teori tentang stratifikasi soasial yaitu pembagian kelas-kelas yang
terjadi di masyarakat, namun hal ini terjadi bukan di dunia masyarakat
melainkan di dunia akademisi atau pendidikan stratifikasi sosial dan mobilitas
sosial seakan hadir membaur di dalamnya Stratifikasi social adalah demensi
vertical dari struktur social masyarakat, dalam artian melihat perbedaan
masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada, apakah berlapis-lapis secara
vertical dan apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup. Soerjono Soekanto
(1981:133), menyatakan social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau system berlapis-lapis
dalam masyarakat. Stratifikasi social merupakan konsep sosiologi, dalam artian
kita tidak akan menemukan masyararakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan
adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara
vertical menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan
criteria tertentu. Didalam dunia pendidikan sama seperti kehidupan didalam
masyarakat, bisa terjadi pembagian kelas dan pengelompokan kelas secara
langsung dan tidak langsung dan berlaku di semua kalangan mulai dari SD hingga
perguruan tinggi stratifikasi sosial atau pembagian kelas seperti tidak dapat
terpisahkan dari dunia pendididkan. dalam dunia pendidikan juga terjadi yang
namaya mobilitas sosial yaitu perpindahan kelas.
b.
Rumusan Masalah
Untuk membatasi
agar tidak terjadinya pembahasan yang jauh dari materi kami maka kami disini
akan membatasi pembahasan melalui rumusan-rumusan masalah yaitu :
1.
Pengertian
Stratifikasi Sosial ?
2.
Apa
yang menyebabkan terjadinya golongan sosial dalam dunia pendidikan ?
3.
Bagaimana
cara menentukan golongan sosial dalam dunia pendidikan ?
4.
Apa
Dampak positive dan negatif dari stratifikasi soasial dalam dunia pendidikan ?
5.
Apa
dampak dari stratifikasi social dalam kehidupan di masyarakat ?
c.
Maksud dan Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Stratifikasi Sosial
2. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya penggolongan sosial dalam dunia pendidikan.
3.
Untuk
mengetahui cara menentukan golongan sosial dalam dunia pendidikan.
4.
Untuk
mengetahui dampak positive dan negatif dari stratifikasi sosial dalam dunia
pendidikan.
5.
Untuk
mengetahui dampak dari stratifikasi social dalam kehidupan di masyarakat.
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Stratifikasi Sosial([1])
Stratifikasi
sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin
dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem
lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam
masyarakat yang hidup teratur. Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z.
Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese
dan prestise.
Stratifikasi
sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”
(tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi,
stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Beberapa
definisi stratifikasi sosial :
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
b. Max Weber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari
hak- hak yang berbeda. Pengelompokan secara vertikal Berdasarkan posisi,
status, kelebihan yang dimiliki, sesuatu yang dihargai.Distribusi hak dan
wewenang Kriteria ekonomi, pendidikan, kekuasaan, kehormatan.
Menurut
Brinkerhof dan white sosiologi adalah interaksi sosial. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik antar 2 (dua) individu atau lebih. Hubungan timbal balik
tersebut yaitu adanya kontak dan komunikasi. Dengan adanya kontak dan
komunikasi, kita akan saling mendapatkan informasi.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat .
Sosiologi
Pendidikan adalah adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik
itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya
secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis .
Pada
abad ke-17 ilmu alam menjadi ilmu yang merdeka, pada abad ke-18 ilmu ekonomi,
sedangkat ilmu msyarakat atau sosiologi baru dikenal sebagai ilmu sejak
permulaan abad ke-19. Kebutuhan untuk memisahkan sosiologi dari ilmi-ilmu
lainnya ini lebih tampak dan terasa pada masa revolusi abad ke-18 di Eropa yang
mengganas dalam Revolusi Perancis (1789-1799). Sedangkan Inggris, berdasarkan perasaan
akan kenyataan fungsi ilmu masyarakat telah lebih kurang 100 tahun lebih dulu
mengalami perubahan sosial dan politik dalam revolusi yang tidak berdarah,
lazim disebut “glorious revolution”.([2])
Telah
dimaklumi bersama, bahwa seluruh pendidikan manusia dapat berlangsung dalam Tri
Pusat Pendidikan yaitu dirumah atau dalam keluarga, di sekolah atau lembaga
pendidikan formal, dan di masyarakat atau pendidikan nonformal([3])
a)
Dirumah atau di dalam keluarga, anak berinteraksi dengan orang tua
dan segenap anggota keluarga lainnya. Ia memperoleh pendidikan informal, berupa
pembentukan pebmbiasaan-pembiasaan (habit formations). Seperti cara
makan, tidur, bangun pagi, gosok gigi, sopan santun, dan lain-lain. Pendidikan
informal dalam keluarga akan banyak membantu dalam meletakkan dasar pembentukan
kepribadian anak. Misalnya, sikap religius, disiplin.
b)
Di sekolah anak berinteraksi dengan guru-guru beserta bahan-bahan
pendidikan dan pengajaran, teman-teman serta pegawai-pegawai tata usaha. Ia
memperoleh pendidikan formal disekolah berupa pembentukan nilai-nilai
pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap bidang studi. Akibat
bersosialisasi dengan pendidikan formal, terbentuklah kepribadiannya untuk
tekun dan rajin belajar disertai keinginan meraih cita-cita.
c)
Di masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat
yang heterogen (macam-macam). Ia memperoleh pendidikan nonformal atau
pendidikan diluar sekolah berupa berbagai pengalaman hidup. Agar masyarakat
dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada generasi muda harus diwariskan
nilai-nilai, sikap, pengetahuan, keterampilan.
Perkembangan
manusia sering dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun
eksternal. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh para pendidik agar
pandai-pandai memecahkan masalah pendidikan melalui analisis sosiologis
a)
Aspek Biologis : Kondisi biologis seseorang turut mempengaruhi
kepribadian seseorang. Misalnya seseorang memiliki cacat jasmani,seperti
sumbing, buta dan lain-lain. Dengan demikian seorang pendidik yang bijaksana
akan memperlakukan peserta didiknya dengan menggunakan strategi pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan.
b)
Aspek Psikologis : Di kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai
orang yang rendah diri bukan karena cacat jasmani, melainkan karena sosial
ekonomi rendah sehingga orang yang pendiam atau tertutup enggan bergaul. Dalam
kasus ini seorang pendidik perlu memperhatikan mereka secara analisis
sosio-ekonomi.
c)
Lingkungan Alam Fisik : Seseorang yang berasal dari daerah gersang
bisa memiliki kepribadian yang ulet, keras dan tabah atau bisa juga sebaliknya.
Pendekatan yang dapat digunakan oleh pendidik yaitu sosio-geografi.
d)
Lingkungan sosial : Perkembangan kepribadian seseorang dapat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat ia berada. Misalnya seseorang berasal
dari lingkungan keluarga yang baik-baik kemudian pindah dan bertempat tinggal
dalam lingkungan kampung maksiat. Pendekatan yang dapat digunakan oleh pendidik
yaitu dengan analisis sosio-religius.
e)
Faktor kebudayaan : Dipengaruhi oleh faktor materiil atau nonmateriil.
f)
Faktor kebudayaan khusus.
B.
Faktor terjadinya golongan
sosial dalam dunia pendidikan
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa
kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan
sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang
dimiliki tersebut, pasti akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat.
Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat/seseorang terhadap sesuatu
yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka
yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali, maka
mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah. Seseorang yang mempunyai
tugas sebagai pejabat/ketua atau pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi
daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai tugas apa-apa. Karena
penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan
pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya.
Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu
dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak
mempunyai ketrampilan apapun.
Ø Golongan Sosial Menentukan Lingkungan Seseorang.
Pengetahuan,
kebutuhan dan tujuan, sikap, watak seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya. Sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan rintangan
ekonomi, kultural dan sosial yang mencegah pergaulan dengan golongan-golongan
lain. golongan sosial membatasi dan menentukan lingkungan belajar anak. Orang
yang termasuk golongan sosial yang sama cenderung bertempat tinggal di daerah
tertentu. Misalkan orang golongan atas akan tinggal di daerah elite karena
anggota golongan rendah tidak mampu tinggal di sana.
Ø Tingkat Pendidikan Dan Tingakat Golongan Sosial
Dalam berbagai
studi, disebutkan tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan seseorang
digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya.Menurut penelitian memang terdapat
korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial yang seseorang dengan tingkat
pendidikanyang telah ditempuhnya,meski demikian pendidikan yang tinggi tidak
dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi. Korelasi antara
pendidikan dan golongan sosial antara lainterjadi karena anak dari golongan
rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan
tinggi.Sementara orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar anaknya
menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi.Orang yang berkedudukan
tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan besar tinggal dirumah elite
dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan anknya masuk universitas
dan memperoleh gelar akademis.Sebaliknya anak yang orangtuanya buta huruf
mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok , tinggal digubuk kecil,
tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati perguruan tinggi.
Ada 3 faktor
yang mempengaruhi tingkat pendidikan seorang anak, Yaitu: 1.Pendapatan
orangtua. 2. Kurangnya perhatian akan pendidikan dikalangan orangtua. 3. Kurangnya
minat si anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Ø Golongan Sosial Dan Jenis Pendidikan
Golongan sosial
tidak hanya berpengaruh terhadap tingginya jenjang pendidikan anak tetapi juga
berpengaruh terhadap jenis pendidikan yang dipilih. Tidak semua orangtua mampu
membiayai studi anaknya diperguruan tinggi.Pada umumnya anak-anak yang
orangtuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk
belajar di perguruan tinggi.Sementara orangtua yang mengetahui batas kemampuan
keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, dengan
pertimbangan setelah lulus dari kejuruan bisa langsung bekerja sesuai dengan
keahliannya.Dapat diduga sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid
dari glongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu sekolah
menengah dipandang lebih tinggi statusnya daripada sekolah kejuruan.Demikian
pula dengan mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan perguruan
tinggi dipandang mempunyai status yang lebih tinggi , misal matematika, fisika
dipandang lebih tinggi daripada Tata buku.Sikap demikian bukan hanya terdapat
dikalangan siswa tetapi juga dikalangan orangtua dan guru yang dengan sengaja
atau tidak sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-anaknya. Kelas Sosial dan
Persamaan Kesenjangan sosial merupakan keadaan yang tumbuh tanpa disadari, yang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lebih memberi jaminan bagi terisinya
jabatan-jabatan penting oleh orangorang yang paling cakap. Oleh karena itu,
setiap masyarakat betapapun sederhana atau kompleksnya harus membedakan orang
dari segi prestise dan penghargaan. Untuk itu masyarakat harus memiliki kadar
kesenjangan sosial tertentu yang melembaga. Para ahli teori konflik
berpandangan bahwa bukan kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi
sosial, melainkan kekuasaan. Hak-hak istimewa kelas sosial akan mengalami
perubahan jika kelas sosial rendah menentang dan mengubah hak-hak istimewa
tersebut.
Beberapa
kondisi umum yang mendorong terciptanya Stratifikasi Sosial masyarakat adalah sebagai
berikut :
1.
Perbedaan ras dan budaya
2.
Pembagian tugas
3.
Kelangkaan
C.
Cara menentukan golongan sosial dalam dunia pendidikan
Dalam
masyarakat manapun bisa kita temui berbagai golongan masyarakat yang pada
praktiknya terdapat perbedaan tingkat antara golongan satu dengan golongan yang
lain. Adanya golongan yang berlapis-lapis ini mengakibatkan terjadinya
stratifikasi sosial baik itu secara ketat ataupun lebih bersifat terbuka.
Masyarakat yang menganut pelapisan sosial secara ketat tidak memungkinkan
adanya kenaikan tingkat bagi para warganya secara mudah. Sebaliknya, dalam
masyarakat yang menganut pelapisan sosial yang bersifat terbuka warga yang
bersangkutan bisa dengan leluasa naik atau bahkan turun. Untuk menentukan
stratifikasi sossial seorang manusia dalam dunia pendidikan dapat menggunakan 3
metode antara lain :
1.
Metode
objektif
Berdasarkan
metode ini stratifikasi sosial ditentukan dengan menggunakan penilaian objektif
antara lain terhadap jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan dan jenis
pekerjaan pendidikan. Biasanya keterangan demikian terkumpul sewaktu diadakan
sensus. Menurut penelitian (1954) di amerika serikat. dokter menempati
kedudukan yang sangat tinggi sama dengan Gubernur dan profesor sama tingginya
dengan ilmuwan, anggota kongres, DPR. Jenis dan tinggi rendahnya pendidikan
mempengaruhi jenjang kelas sosial. Pendidikan bukan hanya sekadar memberi
keterampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental,selera, minat,
tujuan dan lain-lain.Pekerjaan merupakan aspek kelas sosial yang penting
karenabegitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan.
Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga
tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, teman-teman, jam kerja dan
kebiasaan-kebiasaan seharihari keluarga orang itu. Kita bahkan bisa membaca
selera bacaan,selera rekreasi, standar moral, dan orientasi keagamaannya.Dengan
kata lain jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda
degnan jenis pekerjaan lainnya.
2.
Metode
subyektif
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut
pandangan anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam
masyarakat itu. Kebanyakan ahli sosiologi berpandangan bahwa kelas sosial
adalah suatu kenyataan, meskipun orang tidak sepenuhnya menyadari hal itu.
dalam metode ini faktor pekerjaan ,pendidikan dan pendapatan juga masih
mempengaruhi kelas-kelas sosial terutama di indonesia . Walaupun demikian,
perasaan identifikasi kelas sosial cukup penting, sebab orang cenderung meniru
norma-norma perilaku kelas sosial yang ia anggap sebagai kelas sosialnya
Beberapa kenyataan membuktikan bahwa orang yang menempatkan diri mereka pada
kelas sosial politik yang sama dengan sikap politik kelas sosial itu, bukannya
sama dengan sikap politik kelas sosial mereka yang sebenarnya.
3.
Metode
Reputasi
Metode ini
memberi kesempatan pada orang dalam masyarakat itu sendiri untuk menentukan
golonan mana-mana yang terdapat dalam masyarakat itu lalu mengidentifikasi
anggota masyarakat ke golongan tertentu. Bisa dikatakan tidak ada kriteria yang
sama yang berlaku untuk menentukan golongan sosial dalam berbagai masyarakat
didunia ini. Semisal kriteria penggolongan di desa berbeda dengan kriteria
penggolongn di kota. Banyak para ahli yang termasuk didalamnya W.L Warner
cs.membagi kelas-kelas sosial kedalam beberapa golongan antara lain :
a.
Upper-Upper
mencakup keluarga-keluarga kaya lama, yang telah lama berpengaruh
dalam masyarakat dan sudah memiliki kekayaan bagitu lama, sehingga orang-orang
tidak lagi bisa mengingat kapan dan bagaimana cara keluargakeluarga itu
memperoleh kekayaannya.
b.
Lower-Upper
mungkin saja mempunyai jumlah uang yang sama tapi mereka belum
terlalu lama memilikinya.
c.
Upper-Middle
mencakup kebanyakan pengusaha dan orang-orang profesional yang berhasil, yang
umumnya berlatar belakang keluarga ‘baik” dengan penghasilan yangn
menyenangkan.
d.
Lower-Middle
Meliputi para
juru tulis, pegawai kantor, pengrajin terkemuka.
e.
Lower-Lower
Meliputi para pekerja tidak tetap, penganggur, buruh musiman, dan
orang yang hampir terus menerus bergantung pada tunjangan pengangguran.
D.
Apa Dampak positive dan negatif dari stratifikasi soasial dalam
dunia pendidikan
a) Dampak positif
1. Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk
maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong
orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan
kekayaan dimasa depan.
2. Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik.
b) Dampak Negative
1.
Konflik
antar kelas
2.
Konflik antar kelompok social
3.
Konflik
antar generasi
ü Prasangka dalam Hubungan Antar Kelompok
Bermacam-macam
teori yang telah dikemukakan bahwa prasangka adalah sebagai sesuatu yang wajar
yang sendirinya timbul bila terjadi hubungan antara dua kelompok yang
berlainan. Manusia sadar akan kesamaan dalam kalangannya sendiri dan merasa solider
dengan kelompok itu.
a.
Prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari
Teori
ini memandang bahwa prasangka sebagai hasil proses belajar seperti halnya
dengan sikap-sikap lain yang terdapat pada manusia seperti sikap senang atau
tidak senangnya terhadap golongan lain adalah hasil pengalaman pribadi
yang berlangsung lama atau berdasarkan pengalaman yang traumatis.
Jadi
prasangka tidak selalu timbul berkat pengalaman pribadi akan tetapi sering atas
pengaruh sikap yang pada umumnya terdapat dalam lingkungan, khususnya di rumah
dan di sekolah.
b. Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis
Golongan
yang dominan ingin menyingkirkan golongan minoritas dari dunia persaingan.
Sikap itu terdapat dikalangan penjajah terhadap bangsa yang dijajah agar dapat
dieksploitasinya.
c. Prasangka sebagai aspek
pribadi
Menurut
penelitian Murphy dan Likert ada dua orang yang mempunyai pribadi yang
berprasangka. Orang yang pribadinya berprasangka menaruh prasangka terhadap
berbagai hal. Maka kepribadian merupakan suatu faktor penting bila kita ingin
memahami hakikat dan perkembangan prasangka.
d. Pendekatan multi dimensional
Dalam
berbagai faktor yang dapat menimbulkan prasangka dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk memahami prasangka harus kita gunakan pendekatan yang multi dimensional.
Prasangka dalam hubungan antar- kelompok perlu kita ketahui bahwa prasangka
bukanlah suatu instink yang dibawa lahir, melainkan sesuatu yang dipelajari.
Karena prasangka itu dapat dipelajari maka prasangka itu dapat diubah atau
dikurangi bahkan dapat dicegah.
ü Pendidikan umum dan hubungan antar kelompok
Menurut
penelitian, makin tinggi pendidikan seseorang makin kurang prasangkanya
terhadap golongan lain, makin toleran sikapnya terhadap golongan minoritas.
Mereka yang berpendidikan universitas ternyata menunjukkan sikap yang paling
toleran. Namun, ada tidaknya prasangka tidak semata-mata ditentukan oleh
pendidikan saja. Pendidikan dapat merupakan faktor yang menentukan kedudukan,
rasa harga diri, rasa ketentraman hidup yang turut menentukan prasangka. Ada
kemungkinan mengurangi, tetapi dapat pula memperkuat prasangka.
ü Struktur hubungan antar kelompok di sekolah
Sekolah biasanya terlampau memusatkan perhatian kepada
pendidikan akademis, salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah
memupuk hubungan sosial dikalangan murid-murid. Program pendidikan antar-murid,
antar golongan ini bergantung pada struktur sosial murid-murid. Ada tidaknya
golongan minoritas dikalangan mereka mempengaruhi hubungan antar kelompok itu.
Murid-murid di sekolah kita juga sering menunjukkan
perbedaan tentang asal kebangsaan, kesukuan, agama, adat istiadat, dan
kedudukan sosial. Berdasarkan
perbedaan-perbedaan itu, mungkin timbul golongan minoritas di kalangan
murid-murid yang tersembunyi ataupun yang nyata.
Guru-guru hendaknya memperhatikan struktur
golongan-golongan dikalangan murid-muridnya. Apakah anak-anak yang berasal dari
daerah tertentu, yang berasal dari keturunan asing atau yang berlainan agama
diperlakukan dengan cara yang tak wajar oleh teman-temannya atau disingkirkan
dari kegiatan tertentu. Dengan perlakuan yang demikian anak-anak yang
didiskriminasikan akan merasa dirinya asing dan tak diterima sebagai anggota
penuh dari masyarakat sekolahnya.
ü Usaha-Usaha Memperbaiki Hubungan Antarkelompok di Sekolah
Tiap sekolah perlu memperhatikan hubungan antar-murid dan
antar-kelompok, terlebih jika terdapat golongan minoritas. Berbagai usaha dapat
dijalankan untuk memperbaiki hubungan antar-kelompok, walaupun kekuasaan
sekolah sangat terbatas.
Oleh sebab sekolah terbatas kemampuannya untuk mengubah
situasi sosial sekolah, dapat menggugah nilai-nilai dan sikap anak-anak secara
individual, rasa keadilan, rasa keagamaan yang mengemukakan kesamaan manusia di
hadapan Tuhan. Cara ini dapat dilakukan melalui pemberian informasi diskusi
kelompok, hubungan pribadi dan sebagainya.
Kebanyakan usaha dalam perbaikan hubungan antar-kelompok
mengandung unsur penggugahan nilai dan sikap, oleh sebab itu sekolah tidak
mampu mengubah keadaan sosial dan prasangka dalam masyarakat.
Di tengah pendidikan yang dikonsep saebagai arena
perjuangan antar kelas/strata sosial maka pendidikan harus bisa diubah menjadi
kekuatan yang bisa membebaskan diri dari operasi kelas dominan. Perjuangan ini
dimulai dengan pemberian penyadaran terhadap siswa dan seluruh praktisi
pendidikan. Mereka harus memiliki self-awareness dan kesadaran kelas.
Intervensi ke sekolah harus dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk mengubah
karakter sekolah/pendidikan.[4]
ü Efektivitas pendidikan antar golongan
Usaha-usaha
perbaikan hubungan antar keolmpok didasarkan atas anggapan sebagai berikut:
a.
Prasangka
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan.
b.
Pengalaman
di sekolah dapat mengubah kelakuannya di luar sekolah dan situasi-situasi lain.
c.
Hubungan pribadi dengan anggota kelompok lain
akan mengurangi prasangka.
ü Efektivitas pendidikan
Sekolah
merupakan lembaga yang efektif untuk mengurangi prasangka tidak dapat didukung
dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Efektifitas program khusus tentang hubungan
antar-kelompok tidak mudah dinilai. Kebanyakan program itu corak pemberian
informasi yang kemudian diuji dengan tes tertulis.[5]
Perlu kita
sadari bahwa sekolah hanya salah satu dari sejumlah daya-daya sosial yang
mempengaruhi hubungan antar-golongan. Sekolah tak mampu mengubah masyarakat.
Untuk menghilangkan prasangka terhadap golongan lain, seluruh masyarakat harus
turut serta termasuk pemerintah dan guru-guru harus menjadi model pribadi yang
toleran dalam ucapan maupun perbuatannya.
ü Dasar-dasar bagi pendidikan antar golongan
Program-program
tentang hubungan antar-golongan dapat dilakukan menurut pola pelajaran yakni
dengan menyampaikan informasi seperti pelajaran sejarah, geografi, dan lain
lain. Prasangka dapat pula menjadi aspek kebudayaan yang diperoleh melalui
proses sosialisasi, melalui situasi yang dihadapi anak dalam hidupnya. Sekolah
dapat memberikan pelajaran agar anak tidak berprasangka, namun apakah akan
terjadi transfer ke dalam situasi-situasi lain di luar sekolah menjadi
pertanyaan, karena kelakuannya akan bertentangan dengan yang lazim dilihatnya
dalam masyarakat.
E.
Dampak
dari Stratifikasi Social
dalam Kehidupan di Masyarakat
Stratifikasi
social akan selalu ditemukan di dalam masyarakat selama di dalam masyarakat
tersebut terdapat sesuatu yang dihargai.mungkin berupa uang atau benda-benda
bernilai ekonomis, atau tanah. Kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalahan agama, atau
keturunan keluarga terhormat. Berikut ini beberapa dampak stratifikasi social
dalam kehidupan di masyarakat :
1.
Eklusivitas
: untuk membentuk lapisan social yang juga merupakan subculture.
2.
Etnosentrisme
: pemikiran masyarakat yang ingin mengagumkan kelompoknya sendiri yang ada di
dalam masyarakat.
3.
Konflik
social : Perbedaan di dalam kelas social yang dapat menyebabkan terjadinya
kesenjangan social.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kaitannya dengan sosiologi pendidikan,
tak jarang berhubungan dengan stratifikasi sosial dan hubungan antar kelompok.
a) Pendidikan dan Stratifikasi Sosial
1.
Menurut Mayor Polak; sejumlah orang yang sama
statusnya menurut penilaian masyarakat dinamakan“ stratum“ (lapisan) dan
penggolongan masyarakat menurut strata (kata jamak dari stratum).
2.
Menurut Patirim A. Sorokin; pembedaan sesuatu
masyarakat (population) kedalam kelas-kelas secara hierarki (bertingkat).
a) Menentukan Golongan Sosial
Menurut Soerjono Soekanto (1981;133), menyatakan bahwa social
stratificationt merupakan pembedaan penduduk atau mansyarakat kedalam
kelas-kelas secara bertingkat atau berlapis-lapis dalam masyarakat. Cara
menentukan golongan sosial terbagi menjadi tiga bagian
ü Objektif
ü Subjektif
ü Reputasi
Manusia pada umumnya memerlukan pendidikan
dimana seorang manusia perlu mengetahui hal yang belum mereka ketahui menjadi
tahu, tetapi pada saat ini sosiologi dan pendidikan menjadi suatu hal yang
terikat karena adanya stratifikasi sosial yang membagi-bagikan kelas-kelas
tertentu di masyarakat, Banyak pula para
ahli yang termsuk didalamnya W.L Warner cs.membagi golongan kelas-kelas soial
kedalam beberapa golongan antara lain:
Upper-UppeØr:
yang mencakup golongan keluarga-keluarga kaya lama. Lower-Upper: mungkin saja memiliki uang yang
sama tetapi tidak terlaluØ
lama. Upper-Middle: mencakup pengusaha
atau profesional yang berhasil.Ø Lower-Middle : meliputi para juru tulis,
pegawai kantor dan pengrajinØ
terkemuka. Lower-Lower : mencangkup para
pekerja serabutan, pengangguran, danØ
buruh musiman. Golongan sosial sangat berpengaruh karena menentukan lingkungan
seseorang. Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan, sikap, watak seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sebagai penyeimbang tingkat sosial juga
sangat berpengaruh dalam lingkungan pendidikan. Orang yang memiliki
berkedudukan tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai pendapatan besar.
Sebaliknya anak dari seorang yang orang tuanya buta huruf mencari nafkah dengan
mengumpulkan puntung rokok, tinggal digubuk kecil, tidak diharapkan anak
mengenyam pendidikan yang layak. Maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat pendidikan seorang anak, yaitu :
Pendapatan orang tuaØ Kurangnya perhatian akan pendidikan
dikalaangan orang tuaØ Kurangnya minat si anak untuk melanjutka
keperguruan tinggiØ 4.
Dampak posotif dan negatif stratifikasi sosial didalam ruang lingkup pendidikan
: a) Dampak positif Orang-orang akan
berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk majuØ karena adanya kesempatan untuk pindah sastra. Mobilias sosial akan lebih mempercepat
tingkat perubahan sosialØ
masyarakat ke arah yang lebih baik. b) Dampak negatif Konflik antar kelasØ Konflik antar kelompok
sosialØ Konflik antar generasiØ 5. Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan didalam kehidupan
masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai.
Mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis atau sebidang
tanah. Berikut ini beberapa dampak stratifikasi sosial dalam kehidupan di
masyarakat : EklusivitasØ EtnosentrismeØ Konflik sosialØ
B. Saran
Statifikasi
sosial bukanlah halangan bagi setiap manusia untuk merubah pola hidup mereka
dari yang buruk menjadi lebih baik. Maka sifat optimisme sangat di perlukan di
dalam kehidupan masyarakat untuk saling memberikan yang terbaik terhadap sesama
di kalangan masyarakat tertentu. Dan sifat berkecukupan juga sangat berperan
penting dalam mendukung terlaksananya stratifikasi sosial di salam ruang
lingkup masyarakat. Tidak ada masyarakat yang tidak perlu stratifikasi sosial,
semua masyarakat perlu mengenal apalagi menjalani stratifikasi sosial untuk
memepermudah seseorang dalam menjalani suatu kehidupan apalagi tentang
bersosialisasi. Maka dari itu sifat optimisme sangatlah berperan penting dalan
terlaksananya stratifikasi sosial.
Dengan
di susunya makalah ini kita bisa mengerti dan tahu tentang sosiologi
dalam pendidikan,agar kita biasa mengetahui dan memahami tentang ilmu
sosiologi,
agar tidak ketinggalan, karena di zaman modern ini kita bisa menggunakan sosiologi sebagi alat untuk interaksi pembelajaran
dari individu satu dengan yang lainya,jadi dengan kita belajar sosoilogi kita
bisa mengetahui perubahan social.
REFERENSI
Ahmadi, Abu. H. Drs. 1991. Ilmu Sosial Dasar.
Semarang : Rineka Cipta.
Syarbaini, Syahrial, MA. Drs. Dkk. 2004. Sosiologi Dan
Politik. Bogor : Ghalia Indonesia.
Tumanggor, Rusmin, MA. Dr. Prof. 2004. Sosiologi Dalam
Perspektif Islam. Jakarta : UIN Jakarta Press.
Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Maliki, Zainuddin. 2008. Sosiologi Pendidikan.
Yogyakarta: GaMa University Press.
Nasution S. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
0 Response to "STRATIFIKASI SOSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN"
Post a Comment
Tinggalkan Pesan Gan, Supaya saya bisa kunjung balik Pesan anda begitu berarti bagi kemajuan blog ini,